Thursday, November 29, 2018

SEJARAH CIREBON (RAJA BANJARANSARI)


sejarah cirebon
Beberapa abad kemudian tidak ada lagi berita-berita baru pada kira-kira awal abad ke -7 timbullah sebuah kerajaan Banjaransari di daerah Rawa Lakbok, Banjar dan Ciamis. Istana rajanya sekarang masih ada patilasannya, ialah petilasan Pameradan Ciungwanara, terletak antara Ciamis dan banjar.
                Rajanya bernama Raja Adimulya, waktu kecil disebut Pangeran Lelean Anom. Diceritakan oleh leluhur-leluhur turun temurun, bahwa Raja Adimulya memerintah dengan adil dan bijaksana. Waktu itu Banjaransari mengalami zaman ke-emasannya. Rakyatnya tenteram dan makmur. Rakyatnya menganut agama Sang Hiang/Hindu-Budha.
                Pelabuhannya yang terutama dan ramai dilabuhi oleh perahu-perahu dan kapal layar dagang dari berbagai Negara, ialah yang sampai sekarang disebut Pelabuhan Ratu di Pantai Lautan Indonesia. Bandar lain-lainnya adalah Teluk-teluk Banten, Sunda Kelapa dan Muara Jati Pasambangan Caruban/Cirebon.
                Setelah Raja Adimulya wafat, lalu Raja Ciungwanara, seorang putra sulungnya, naik tahta. Kemudian setelah Raja Ciungwanara, pemerintahan dilanjutkan oleh seorang putri sulungnya, ialah Ratu Purbasari. Ratu Purbasari ini membangun dan memindahkan ibu kotanya ke Pakuan sekitar Bogor dan negaranya beralih nama dengan nama Pajajaran. Dalam pemerintahannya telah ditemukan makanan pokok lagi ialah padi. Sebelumnya, makanan pokok rakyat Pajajaran adalah jawawut, Pulau Jawa dulunya dinamakan Jawa Dwipa, yang berarti jawawut adalah dwitunggalnya padi. (jawawut loroning pari). Ini suatu petunjuk disamping jawawut ada lagi semacam makanan yang bernama padi. Ternyatalah dalam pemerintahan Ratu Purbasari padi itu diketemukan.
                Kemudian setelah Ratu Purbasari, berturut-turutnaik tahta putra-putra keturunannya, ialah :
-          Raja Linggahiang
-          Raja Linggawesi
-          Raja Wastukencana
-          Raja Susuktunggal
-          Raja Banyaklarang
-          Raja Banyakwangi
-          Raja MUndingkawati
-          Raja Anggalarang dan
-          Prabhu Siliwangi
Prabhu Siliwangi ini menikahi seorang putri Mangkubumi Singapura/Meretasinga Caruban bernama Rara Subang Larang, yang telah memeluk agama Islam dan beberapa tahun mesantren di Pengguron Islam Syekh Kuro Karawang, dengan syarat meniah secara islam, yang mana Syekh Kuro yang beretindak sebagai penghulunya dan didudukkan di Keraton Pakuan Pajajaran sebagai permaisuri dan diperkenankan tetap melakukan sembahyang lima waktu. Permaisuri Rara Subang Larang dari Prabhu Siliwangi dianugrahi tiga orang putra, ialah :
-          Pangerang Walangsungsang Cakrabuana
-          Ratu Mas Lara Santang dan
-          Pangeran Raja Sengara/Kian Santang
Ketiga putra inilah cikal bakal dan purwanya sebagian besar rakyat Pajajaran memeluk agama islam. Dan akhirnya Pajajaran agama Sang Hiang/Hindu-BUdha lenyap dari muka bumi sebagai Negara dan diteruskan oleh Caruban/Cirebon sebagai Negara yang beragama Islam. Dengan perkataan lain Pajajaran adalah awal Cirebon, Cirebon adalah akhir Pajajaran. Pula Cirebon adalah jadi kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa dan Demak adalah Kerajaan Islam Keduanya.
                Pada tahun 1479 M, Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah dengan restu Pangeran Cakrabuana dan Dewan Wali sanga yang diketuai oleh Sunan Ampel telah menghentikan hulu bekti/upeti kepada Pajajaran, yang berarti Cirebon pada waktu itu telah memploklamirkan kemerdekaanya, sedangkan Demak baru setelah jatuhnya Majapahit yang teakhir pada tahun 1517 M. dengan dinobatkannya Pangeran Patah sebagai Sultan DEmak yang pertama oleh Dewan Wali Sanga yang diketuai oleh Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatulloh setelah Sunan Ampel wafat.

1 comments


EmoticonEmoticon