1. PRA SEJARAH
Menurut Prof. KERN sejak ± tahun 2000 SM telah terjadi perpindahan dahan bangsa tiga kali dari Indo-CIna ke Indonesia.
Menurut Syekh Subakir, seorang pendeta di Keling pada waktu itu, yang berbudi pekerti luhur dan berilmu tinggi, berasal dari Bisan-thium/Kerajaan Roma Timur, beribu kota di Constantinopel/Istambul (orang Jawa menyebutnya denga Rum Turki), yang terakhir telah terjadi perpindahan bangsa adalah dari keling, terdiri dari ± 2.000 keluarga yang dipimpin langsung olehnya mendarat di beberapa tempat di Jawa Barat, terus lambat laun memasuki padalemanya. Tempat-tempat ini kemungkinan adalah Teluk Jakarta dan Pulo Gadung, yang sekarang menjadi Bandar Sunda Kelapa dan akhirnya menjadi Ibu kota Republik Indonesia Jakarta, dipinggir-pinggir Kali Cisadane dan Citarum, yang sekarang diantaranya menjadi Kota Bogor, di Pesambangan Gunung Jati Cirebon Desa Jatimerta di Muara Jati/Alas Konda pantai laut Jawa yang sekarang masih ada, di Teluk Banten yang sekarang menjadi kota Banten lama, di Pelabuhan Ratu daerah Rawa Lakbok, Banjar dan Ciamis. Ini terjadi pada ± tahun 87 M, yang didatumi sejak itu dengan tahun I (satu) babad Zaman/Anno Jawa, yang sekarang sudah mencapai tahun 1906 Anno Jawa/1974 M.
Kemudian mereka melalui proses zaman berkembang biak terus sehingga akhirnya pada ± tahun 450 M, di suatu daerah di Kali Cisadane, daerah Bogor timbullah kerajaan yang tertua di Jawa Barat, Tarumanegara dengan Rajanya Purnawarman. Disini terdapat batu-batu bersurat yang menceritakannya. Nama Tarumanegara masih terdapat dalam nama kali Citarum. Pada dua batu digambar telapak kaki raja tersebut, sebagai penghormatan menjungjung tinggi dan mengharum-abadikan raja. Tercatat pula pada batu itu bahwa raja Purnawarman menghadiahkan 1000 ekor sapi kepadapara pertapa. Pula diketemukan batu tulis di dekat desa Tugu/Tanjung Priok, bertuliskan bahwa raja Purnawarman memerintahkan menggali saluran sepanjang ± 11 Kilometer.
Mungkin untuk pengairan atau pelayaran. Mata pekasabannya yang terutama adalah pertanian dan subur sekali.
Ada berita pula tentang Tarumanegara dari seorang musafir Cina, Fa Hien namanya. Dalam pelayarannya pulang dari India ke Negara Cina, ia singgah di Tarumanegara. Menurut Fa Hien disitu tidak banyak terdapat oemeluk agama Budha, kebanyakan rakyatnya masih memeluk agama Hindu dengan Batara Wisnu sebagai Dewa Tertinggi. Diceritakan pula olehnya, bahwa pada waktu itu sudah ada hubungan dagang antara Tarumanegara dengan Negara Cina.
Kutipan Buku Sejarah Cirebon P.S. Sulendraningrat PN Balai Pustaka, Jakarta 1985
EmoticonEmoticon